Anambas, SK.co.id – Di tengah suasana petang yang riuh di pelataran rumah, isu mengenai rencana pemisahan Kabupaten Anambas dari Provinsi Kepulauan Riau untuk bergabung dengan Provinsi Natuna yang baru kembali mencuat. Wacana ini memicu reaksi spontan dari masyarakat Kepulauan Jemaja, yang merasa kecewa dan mempertanyakan logika di balik rencana tersebut.
“Awalnya, kami berjuang untuk memisahkan diri dari Natuna dengan alasan rentang kendali. Namun, kini muncul wacana untuk kembali bergabung. Hal ini sangat membingungkan dan mengecewakan,” ungkap Wan Munawwar, salah satu tokoh adat setempat, pada Sabtu, (26/04/2025).
Masyarakat Jemaja menegaskan keinginan mereka untuk tetap menjadi bagian dari Kepulauan Riau, khususnya bersama Bunda Tanah Melayu. Mereka berpendapat bahwa secara geografis, Kepulauan Jemaja lebih dekat dengan Tanjungpinang dibandingkan Ranai, ibu kota Natuna. Selain itu, akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan di Batam dan Tanjungpinang dinilai jauh lebih memadai dibandingkan di Ranai.
“Kami tidak berbicara soal hasil bumi atau Dana Bagi Hasil Migas. Fokus kami adalah rentang kendali dan kesejahteraan masyarakat. Dari segi perdagangan, hasil bumi dan laut kami juga lebih banyak mengarah ke Batam dan Tanjungpinang,” tambah Antoni, seorang tokoh muda Jemaja. “Kami yakin, di dalam hati kecil masyarakat Kepulauan Jemaja, mereka akan tetap ingin bersama Kepulauan Riau.”
Meskipun demikian, masyarakat Jemaja tetap mendoakan agar perjuangan Natuna untuk menjadi provinsi baru dapat berjalan lancar. Namun, mereka berharap agar aspirasi masyarakat Jemaja untuk tetap bersama Kepulauan Riau dapat dihormati.
“Kami mendukung perjuangan Natuna untuk menjadi provinsi sendiri, tetapi tidak dengan melibatkan Anambas, khususnya Jemaja. Kami tetap ingin bersama Kepulauan Riau,” tegas mereka dengan penuh semangat. (Red)
Ikuti berita populer lainnya di Google News SAMUDERAKEPRI
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp SAMUDERA KEPRI